Pak Pos Andi menemukan sepucuk surat usang di gudang kantornya. Amplop kuning yang sudah menguning itu tertanggal 15 tahun yang lalu, terselip di celah lemari tua yang baru saja dipindahkan.
"Untuk Ibu Kartini, dari anakmu, Dewi."
Dengan perasaan bersalah, dia mencari alamat yang tertera. Setelah berkeliling desa, akhirnya dia menemukan rumah sederhana itu. Seorang wanita tua membuka pintu.
"Maaf, Bu. Saya menemukan surat ini..."
Tangan keriput Ibu Kartini bergetar menerima surat itu. "Ini dari Dewi, anak saya. Dia meninggal 14 tahun lalu karena kecelakaan."
Air mata menetes saat dia membaca surat terakhir dari putrinya: "Ibu, maafkan Dewi yang selalu membantah. Besok aku pulang, kita mulai lagi dari awal."
Pak Pos Andi terdiam. Surat yang terlambat ini mungkin tidak bisa mengubah masa lalu, tapi setidaknya Ibu Kartini tahu bahwa putrinya telah memaafkan dan meminta maaf sebelum pergi.
No comments:
Post a Comment