Wednesday, January 15, 2025

Jejak Kopi

    

Sumber foto: https://pin.it/1otA302C3

    Setiap pagi, di sebuah kedai kopi sederhana di sudut kota, ada seorang barista tua bernama Pak Rahman. Usianya sudah menginjak 65 tahun, tapi tangannya masih cekatan meracik kopi untuk para pelanggan. Yang membuat kedainya istimewa bukanlah kemewahan tempatnya, melainkan kebiasaan unik Pak Rahman.

    Setiap pelanggan yang datang dengan wajah murung akan mendapatkan secangkir kopi gratis, dengan syarat mereka harus berbagi cerita tentang apa yang membuat mereka sedih. Pak Rahman akan mendengarkan dengan penuh perhatian, sambil perlahan mengaduk kopi yang mengepulkan aroma menenangkan.

    "Kopi ini spesial," katanya sambil tersenyum, "bukan karena rasanya, tapi karena dia menjadi saksi bisu dari setiap cerita yang dibagikan di sini."

    Tak jarang, pelanggan yang awalnya datang dengan wajah muram akan keluar dengan senyuman. Bukan karena masalah mereka sudah selesai, tapi karena mereka menemukan telinga yang mau mendengar dan hati yang mau memahami.

    Bertahun-tahun berlalu, kedai kopi Pak Rahman menjadi tempat persinggahan bagi mereka yang membutuhkan ketenangan. Setiap cangkir kopi yang dia sajikan bukan sekadar minuman, tapi juga pengingat bahwa terkadang, untuk mengubah hari yang buruk menjadi lebih baik, yang kita butuhkan hanyalah seseorang yang mau mendengarkan.

    Di usia senjanya, Pak Rahman membuktikan bahwa kebaikan tidak perlu mahal. Terkadang, secangkir kopi dan telinga yang mau mendengar sudah cukup untuk membuat dunia seseorang menjadi lebih baik.

No comments:

Post a Comment