Sumber foto: https://pin.it/2cfb4edOi
Matahari belum sepenuhnya terbit ketika Pak Rahmat mulai mendorong gerobak baksonya menyusuri jalan-jalan sempit di pinggiran kota Jakarta. Di usianya yang sudah menginjak 55 tahun, tubuhnya yang mulai renta masih tegap menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Dua puluh tahun yang lalu, Pak Rahmat hanyalah seorang buruh pabrik yang terkena PHK. Dengan tiga orang anak yang masih bersekolah dan istri yang sakit-sakitan, hidupnya seolah berada di titik terendah. Namun, Pak Rahmat bukanlah orang yang mudah menyerah pada keadaan.
Dengan modal yang pas-pasan dari pesangon PHK, dia memberanikan diri membeli sebuah gerobak bakso bekas dan belajar membuat bakso dari seorang teman. Awalnya tidak mudah. Bakso buatannya sering kali tidak enak, dan banyak pelanggan yang komplain. Tapi Pak Rahmat terus belajar dan memperbaiki resepnya.
Setiap hari, dia bangun pukul tiga pagi untuk menyiapkan baksonya. Dengan telaten, dia mencampur daging, tepung, dan bumbu-bumbu rahasia yang kini telah dia kuasai. Siang hingga malam, dia mendorong gerobaknya keliling kampung, tak peduli terik matahari atau guyuran hujan.
Perlahan tapi pasti, usahanya membuahkan hasil. Bakso Pak Rahmat mulai dikenal di sekitar kompleks perumahan tempat dia biasa mangkal. Pelanggannya bertambah, dari anak sekolah hingga pegawai kantoran. Yang membuat Pak Rahmat paling bahagia adalah ketika dia bisa menyekolahkan ketiga anaknya hingga perguruan tinggi.
Kini, anak pertamanya sudah menjadi dokter di sebuah rumah sakit swasta. Anak keduanya bekerja sebagai guru, dan si bungsu baru saja lulus sebagai insinyur. Meski anak-anaknya sudah sukses dan sering membujuknya untuk berhenti jualan, Pak Rahmat tetap memilih untuk mendorong gerobaknya setiap hari.
"Gerobak ini sudah seperti sahabat saya," katanya sambil tersenyum. "Dia yang telah mengantarkan anak-anak saya ke gerbang kesuksesan. Dan yang lebih penting, dengan gerobak ini saya bisa menginspirasi orang lain bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dan pantang menyerah."
Kisah Pak Rahmat mungkin terdengar sederhana, tapi mengajarkan banyak hal tentang kegigihan, kerja keras, dan pentingnya tidak pernah menyerah pada keadaan. Di balik setiap mangkuk bakso yang dia sajikan, tersimpan perjuangan dan pengorbanan seorang ayah untuk masa depan keluarganya.
Sekarang, meski usianya tidak muda lagi, semangatnya tetap membara. Setiap pagi, suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk baksonya masih terdengar, menjadi pengingat bahwa kesuksesan bisa dimulai dari hal yang paling sederhana, asalkan kita memiliki tekad yang kuat dan hati yang tidak kenal lelah.